Loading...
Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1438 H atas hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid, menyatakan 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu Pahing 27 Mei 2017.
Sementara untuk 1 Syawal jatuh pada 25 Juni 2017 dan 10 Dzulhijah pada 1 September 2017.
Hasil itu berdasarkan maklumat yang diterima dari PP Muhammadiyah.
Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal, Mahtum Ali Samhari, saat ditemui di kediamannya di Boja, Rabu (17/5), mengatakan, selama ini Muhammadiyah menggunakan metode hisab karena ada beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Salah satunya Surat Al-Baqarah ayat 189 yang memiliki arti ‘Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit).
Katakanlah: (Hilal) itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah (milik) orang yang bertakwa.
Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya, serta bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.’
“Di sini dijelaskan tentang kemunculan bulan sabit sebagai penunjuk tanda-tanda waktu atau hilal. Selain itu juga menjadi penunjuk waktu awal bulan dalam perhitungan Qomariah,” katanya.
Sedangkan bagaimana cara untuk mengetahui hilal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu melihat langsung (Rukyah) maupun perhitungan (Hisab).
Sehingga penentuan awal masuknya bulan dalam penanggalan Qomariah bukanlah Rukyah dan Hisab melainkan berdasarkan Hilal yang bila telah wujud maka telah dapat dikatakan masuk bulan baru.
Kalaupun ada perbedaan dalam penentuan awal masuknya bulan Qomariah, itu terjadi karena metode yang digunakan berbeda.
Walaupun begitu, Mahtum menuturkan bahwa hal ini tidak perlu dibesar-besarkan karena masing-masing memiliki pemikiran sendiri.
“Muhammadiyah berusaha melakukan penentuan waktu menggunakan dasar keilmuan, sama seperti halnya kemajuan teknologi yang ada saat ini. Dimana hal tersebut tentunya juga tidak ada pada jaman dahulu.”
“Tetapi, untuk lebih menguatkan perhitungan yang ada, Muhammadiyah pun mencoba menerapkan dua metode menjadi satu yakni Rukyah dan Hisab. Saya rasa hal yang sama (penggunaan dua metode) juga dilakukan oleh Ormas Islam lainnya,” tuturnya.
azr.
sumber : planet.merdeka.com
Sementara untuk 1 Syawal jatuh pada 25 Juni 2017 dan 10 Dzulhijah pada 1 September 2017.
Hasil itu berdasarkan maklumat yang diterima dari PP Muhammadiyah.
Ketua Majelis Tarjih Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kendal, Mahtum Ali Samhari, saat ditemui di kediamannya di Boja, Rabu (17/5), mengatakan, selama ini Muhammadiyah menggunakan metode hisab karena ada beberapa hal yang melatarbelakanginya.
Salah satunya Surat Al-Baqarah ayat 189 yang memiliki arti ‘Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit).
Katakanlah: (Hilal) itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.
Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah (milik) orang yang bertakwa.
Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintunya, serta bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.’
“Di sini dijelaskan tentang kemunculan bulan sabit sebagai penunjuk tanda-tanda waktu atau hilal. Selain itu juga menjadi penunjuk waktu awal bulan dalam perhitungan Qomariah,” katanya.
Sedangkan bagaimana cara untuk mengetahui hilal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu melihat langsung (Rukyah) maupun perhitungan (Hisab).
Sehingga penentuan awal masuknya bulan dalam penanggalan Qomariah bukanlah Rukyah dan Hisab melainkan berdasarkan Hilal yang bila telah wujud maka telah dapat dikatakan masuk bulan baru.
Kalaupun ada perbedaan dalam penentuan awal masuknya bulan Qomariah, itu terjadi karena metode yang digunakan berbeda.
Walaupun begitu, Mahtum menuturkan bahwa hal ini tidak perlu dibesar-besarkan karena masing-masing memiliki pemikiran sendiri.
“Muhammadiyah berusaha melakukan penentuan waktu menggunakan dasar keilmuan, sama seperti halnya kemajuan teknologi yang ada saat ini. Dimana hal tersebut tentunya juga tidak ada pada jaman dahulu.”
“Tetapi, untuk lebih menguatkan perhitungan yang ada, Muhammadiyah pun mencoba menerapkan dua metode menjadi satu yakni Rukyah dan Hisab. Saya rasa hal yang sama (penggunaan dua metode) juga dilakukan oleh Ormas Islam lainnya,” tuturnya.
azr.
sumber : planet.merdeka.com
Loading...